LUKA DIABETES MELLITUS HANYA BISA “AMPUTASI” (YES OR NO)

Surakarta-  Indonesia menempati peringkat 7 dengan jumlah penderita 10,7 juta antara 10 negara,dimana cina,india,dan amerika serikat menjadi urutan ke tiga teratas dengan jumlah penderita 116,7 juta,77 juta,dan 31 juta. Maka dari itu banyak pula amputasi yang disebabkan oleh  diabetes mellitus. Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit menahun (kronis) yang menganggu metabolic ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal ,kadar gula yang dibutuhkan manusia  cukup berbeda-beda untuk dewasa tidak lebih dari 30 gram (7 sendok teh)/hari,anak umur 7-10tahun tidak lebih dari 24 gram (6 sendok teh)/hari,dan anak umur 2-6 tahun tidak lebih dari 19 gram (4 dendok teh)/hari. Diabetes mellitus memiliki tipe I,II dan tipe gestasional yaitu :
Diabetes mellitus tipe I 
Diabetes yang disebabkan kenaikan kadar gula darah karena kerusakan sel beta pancreas sehingga produksi insulitin tidak ada sama sekali. Insulin merupakan hormom dihasilkan oleh pancreas untuk mencerna gula dalam darah. Penderita diabetes dengan tipe ini membutuhkan asupan insulin dari luar tubuhnya

(gambar dilansir dari sehatQ)
Dimana perut mengubah makanan menjadi glukosa,setelah itu glukosa masuk ke dalam aliran darah,pancreas menghasilkan sedikit insulin atau tidak sama sekali, sedikit insulin yang dihasilkan masuk ke dalam aliran darah atau tidak sama sekali, dan glukosa yang menumpuk di dalam darah (karna tidak dapat diolah menjadi enerdi akibat kekurangan insulin).

Diabetes tipe II
Disebabkan oleh kenaikan gula darah karena penurunan sekresi insulin yang rendah oleh kelenjar pancreas


(gambar dilansir GERMAS)

Diabetes mellitus tipe gestasional 
Tipe ini ditandai dengan kenaikan gula darah pada masa kehamilan,gangguan ini biasanya terjadi pada minggu ke-24 dan kadar gula darah akan kembali normal setelah persalinan.

Diagnosis pada diabetes mellitus
Dengan cara mengukur kada gula darah pemeriksaan ini dianjurkan karena secara enzimatik dengan menggunakan bahan plasma darah vena. Kriteria diagnosis meliputi 4 hal yaitu :
Pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori selama minimal 8 jam
Pemeriksaan glukosa plasma >200 mg/dl 2 jamsetelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu .200 mg/dl dengan keluhan klasik
Pemeriksaan HbA1c >6,5 % dengan menggunakan metode yang tersandarisasi oleh National Glychohaemoglobin Standardization Program (NGSP)
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal maupun kriteria diabetes mellitus (DM) maka digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yag terdiri dari Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa terganggu (GDPT). GDPT sendiri terjadi ketika hasil pemeriksaan glukosa antara 100-125mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam < 140 mg/dl. TGT terpenuhi jika hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl
Factor risiko diabetes mellitus
Ada 2 factor yaitu Factor yang dapat dimodifikasi dan factor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras,etnik,umur,jenis,kelamin,riwayat keluarga dengan diabetes mellitus,riwayat melahirkan bayi >4.000 gram,riawayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR atau < 2.500 gram). Factor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu berat badan lebih,obsesitas abdominal/sentral, kurangnya aktifitas fisik,hipertensi,displipidemia,diet tidak sehat dan tidak seimbang (tinggi kalori),kondisi prediabetes yang ditandai dengan toleransi glukosa terganggu (TGT 140-199 mg/dl) atau gula darah puasa terganggu (GDPT <140mg/dl) dan merokok.
Pada Risksesdas 2018, prevalensi diabetes mellitus pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 1,78 % terhadap 1,21 % dan pada Riskesdas 2013 prevalensi pada perempuan terhadap laki-laki sebesar 1,7% terhadap 1,4%. Pada 5 tahun terakhir prevalensi perempuan menunjukan sedikit peningatan. Sedangkan prevalensi pada laki-laki menunjukkan penurunan. 
Penderita diabetes mellitus pada responden pada wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan responden yang tinggal di pedesaan, yaitu 2% berbanding  1% pada Riskesdes 2013 dan 1,89% berbanding 1,01% pada Riskesdas 2018. 
Lalu bagaimana jika penderita diabetes luka?
Penyembuhan luka diabetes yang lambat dapat meningkatkan risiko amputasi jika tidak ditangani dengan benar. Maka  bisa melakukan langkah-langkah berikut untuk merawat luka diabetes:
1. Bersihkan luka setiap hari
Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk merawat luka diabetes adalah membersihkan luka setiap hari. Gunakan air mengalir dan sabun, lalu keringkan dan oleskan salep antibiotik yang direkomendasikan dokter. Hindari merendam bagian tubuh yang terluka karena dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.

2. Kurangi tekanan pada luka
Hindari memberikan tekanan pada daerah luka, misalnya dengan tidak mengenakan pakaian ketat. Berkurangnya tekanan memungkinkan luka diabetes tidak bertambah parah dan lebih cepat sembuh.

Jika luka terdapat di telapak kaki, sebaiknya menggunakan sepatu yang dirancang untuk penderita diabetes atau penyangga kaki agar tidak memperberat kerusakan akibat luka diabetes.

3. Tutup luka diabetes dengan perban
Meski banyak yang beranggapan bahwa luka harus dibiarkan terbuka, para ahli meyakini bahwa luka diabetes harus tetap ditutup dengan perban untuk mencegah risiko terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan.

Namun, pastikan memilih perban yang sesuai dan direkomendasikan oleh dokter.

4. Kontrol kadar gula darah
Kadar gula darah yang tidak terkendali akan mempersulit proses penyembuhan luka diabetes. Oleh karena itu, penting untuk terus mengontrol kadar gula darah dengan menjalani pola makan sehat, olahraga, mengonsumsi obat antidiabetes, hingga memberi suntikan insulin jika diperlukan.

Dan dapat berkonsultasi ke dokter lebih lanjut untuk mengontrol kadar gula darah.

5. Perhatikan tanda-tanda adanya infeksi
Gejala infeksi pada luka diebetes dapat berupa munculnya rasa sakit, kemerahan, pembengkakan, atau terasa hangat di sekitar luka. Selain tanda-tanda di atas, infeksi juga bisa ditandai dengan luka yang berair, bernanah, disertai bau tidak sedap.

Jika mengalami infeksi, pastikan untuk membersihkan luka, menghilangkan jaringan kulit yang mati atau rusak, mengonsumsi obat antibiotik, serta mengoleskan salep antibiotik yang telah diresepkan.

6. Penuhi asupan nutrisi harian
Untuk mempercepat proses penyembuhan luka diabetes, Anda dianjurkan memperhatikan asupan nutrisi harian. Salah satu nutrisi penting yang harus dipenuhi sehari-sehari untuk merawat luka diabetes adalah protein.

Protein diketahui dapat membantu memperbaiki jaringan kulit dan jaringan tubuh lainnya yang mengalami kerusakan. Selain protein, kebutuhan kalori, lemak, serat, vitamin dan mineral, seperti zinc dan vitamin C, juga penting untuk tercukupi agar mempercepat penyembuhan luka.

7. Hubungi dokter
Jika luka diabetes disertai dengan sensai terbakar, geli, mati rasa, pembengkakan, hingga rasa sakit yang terjadi terus menerus, segera hubungi dokter. Nantinya, dokter akan memberi saran tentang cara terbaik untuk merawat dan mengobati luka diabetes. Semakin cepat ditangani, semakin kecil pula risiko terjadinya komplikasi.

Lalu apakah luka pada diabetes milletus hanya bisa amputasi saja?
Menderita diabetes melitus bukan berarti ia harus diamputasi. Namun, apabila gula darah tidak terkontrol dengan baik, terdapat risiko terjadinya komplikasi seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kaki diabetes, gangguan saraf, sampai kebutaan.
Namun,bagaimana dengan perawatan luka pada penderita diabetes mellitus yang sudah teramputasi?
Perawatannya hampir sama seperti di atas yang paling penting adalah tetap mengontrol kadar gula dalam darah . 
Apakah penderita diabetes mellitus bisa menggunakan prosthesis?
Bisa,penggunaan prosthesis untuk penderita diabetes mellitus bisa dilakukan setelah 3 bulan pasca operasi sesuai dengan arahan dokter dan juga fisioterapis. Penggunaan prosthesis pada pasien diabetes mellitus memerlukan perhatian karna penderita diabetes mellitus memiliki sensitivitas yang cukup rendah karna tidak dapat merasakan adanya luka atau pun goresan. 

Penulis: Ayu Novi (Mahasiswi Jurusan Ortotik Prostetik Sarjana Terapan Poltekkes Surakarta )




Referensi :
Infodatin diabetes mellitus 2022.kemenkesRI
Barchitta, et al. (2019). Nutrition and Wound Healing: An Overview Focusing on the Beneficial Effects of Curcumin. International Journal of Molecular Sciences, 20 (5), pp. 1119.
Everett, E. & Mathioudakis, N. (2019). Update on management of diabetic foot ulcers. Annals of The New York Academy of Sciences, 1411 (1), pp. 153-165.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases NIDDK (2017). Diabetes and Foot Problems.
Mayo Clinic (2020). Amputation and diabetes: How to protect your feet.
Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Diabetes.
Diabetes UK (2019). Slow Healing of Cuts and Wounds.
Griffith, M. L. Healthline (2021). Diabetic Ulcers: Causes and Treatment.
Iftikhar, N. & Weatherspoon, D. Healthline (2019). What to Expect During the 4 Stages of Wound Healing.
Dening, J. & Butler, N. Healthline (2018). What’s the Connection Between Diabetes and Wound Healing?
Pagan, C. N. & Dansinger, M. WebMD (2021). How to Care for Diabetic Ulcers and Sores

ORDER VIA CHAT

Produk : LUKA DIABETES MELLITUS HANYA BISA “AMPUTASI” (YES OR NO)

Harga :

https://www.jasakakipalsu.com/2023/06/luka-diabetes-mellitus-hanya-bisa.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Diskusi